Melalui
Teknologi EM4, pengusaha telur ayam asal Semedang ini dapat membuat Bokashi
kotoran ayam dengan sempurna, tidak hanya itu Bokashi produksinya juga memiliki
tampilan menarik dan kaya unsur hara. Iapun tidak sulit untuk memasarkan
Bokashi atau kompos tersebut, terlebih dengan kelebihan yang dimilikinya,
yaitu kualitas yang baik sehingga dapat bersaing dengan kompetitor lain
Pembuatan Bokashi dilakukan Yosep pemilik peternakan ayam
petelur ini adalah untuk memberi nilai lebih pada limbah kotoran ayam sehingga
mempunyai nilai ekonomis sekaligus mengatasi masalah limbah kotoran ayam yang
perharinya bisa mencapai 15 ton.
Pria ramah supel ini, memulai usaha ternak ayam petelur sejak
tahun 2006, peternakan dibangun dengan konsep modern berdiri dilahan seluas 6,5
hektare di Carigi, Bogor, Jawa Barat. Populasi ayam mencapai
150 ribu ekor, produksi telur rata-rata bisa mencapai 800 kg perhari.
Telur dari peternakan ini selanjutnya didistribusikan untuk wilayah Sukabumi,
Bogor, Jakarta dan sekitarnya.
Selain telur, peternakan ini juga menghasilkan limbah kotoran
ayam yang tidak sedikit jumlahnya, perhari rata-rata sebanyak 15 ton kotoran
ayam dihasilkan dari peternakan ini. Limbah inilah yang selanjutnya diolah dan
dibuat Bokashi. Alat-alat berat pun dipergunakan di dalam proses pengomposan
berskala besar ini
Bokashi dibuat mengacu pada standar baku pembuatan Bokashi
atau kompos, hanya saja bahan utama Bokashi adalah limbah kotoran ayam. Bahan
utama ini lalu ditambah jerami dan serbuk gergaji. Selanjutnya bahan tersebut
diaduk rata lalu ditutup dan dibiarkan selama satu bulan hingga jadi Bokashi.
Proses pengomposan yang ia lakukan tidak berjalan mulus, kompos
yang dibuat hingga belasan ton, mengeluarkan bau tidak sedap dan
mengundang lalat, selain itu pada kompos ditemukan kadar air tinggi. Usaha
mengatasi masalah tersebut dilakukan Yosep dengan menambah abu gosok dan
memperbanyak penambahan serbuk gergaji pada kompos, pengadukan bahan kompos
juga dilakukan tiap hari menggunakan alat khusus dari Cina untuk
mengurangi kadar air.
Namun upaya tersebut, tidak membuahkan hasil dan masih belum
sesuai harapannya, kandungan air pada kompos masih cukup tinggi, bau
menyengat juga tidak bekurang, bahkan ditemukan banyak ulat pada bahan kompos.
Tidak hanya itu, timbul masalah baru, warga sekitar mulai mengeluhkan bau
tersebut
Iapun mencoba mengatasinya, banyak pilihan bahan untuk mengatasi
masalah kompos, namun penambahan bahan tersebut berpengaruh dengan biaya
produksi yang besar, semisal dengan menambah arang sekam, setelah dihitung,
penambahan bahan ini belum dapat menutup biaya produksi dengan nilai jual
kompos
Hingga ia tertarik dengan teknologi EM4 yang diproduksi
oleh PT Songgolanggit Persada. Setelah dilakukan penelitian ditemukan
limbah kotoran ayam yang digunakan sebagai bahan utama kompos memiliki protein
dan amoniak tinggi, faktor inilah yang menyebabkan bau menyengat, tingginya
protein dan amoniak tersebut imbas dari pakan ternak kaya nutrisi yang
diberikan pada ayam. Sedangkan kadar air tinggi, disebabkan banyaknya air yang
ikut terangkut saat pembersihan kotoran ayam pada kandang.
Teknologi EM4 sendiri berisi campuran beberapa
mikroorganisme hidup yang menguntungkan. Mikroorganisme tersebut terdiri dari
bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, aktinomysetes, dan jamur
peragian. Bakteri yang terkandung dalam EM4 mampu mengolah atau
menguraikan bahan-bahan organik dengan cepat secara fermentasi menjadi Bokashi
sehingga tidak menimbulkan bau busuk melainkan menimbulkan aroma fermentasi
yang segar, EM4 juga dapat memperkaya unsur hara makro dan mikro pada
Bokashi.
Sedangkan masalah kadar air tinggi, disarankan untuk menambahkan
bahan cocopeat atau serbuk sabut kelapa pada bahan bokashi tersebut.
Bahan cocopeat bisa menyimpan air 6 x dari volumenya, artinya 1 kg
coco peat bisa menyimpan 6 kg air. Selain itu, coco peat ini jika diolah
menjadi pupuk banyak mengandung unsur hara makro dan mikro yang sangat
dibutuhkan bagi tanaman, berupa kalium (K), kalsium (Ca), natrium (Na),
magnesium (Mg) dan fospor (P).
Yosep mengikuti saran yang diberikan, bokashi dibuat dengan
teknologi EM4, dan benar saja, setelah EM4 digunakan dalam proses pengomposan
tersebut, bau tak sedap tidak lagi tercium, berubah dengan aroma fermentasi,
lalat-lalat juga tidak lagi terlihat di tempat penampungan limbah, kadar air
tidak lagi tinggi. Jassen mengatakan, penerapan EM4 sangat mudah, hanya
disemprotkan pada bahan bokashi, harga EM4 juga tidak terlalu mahal tetapi
fungsinya cukup besar, “EM4 juga mempercepat pengomposan dalam skala besar
secara sempurna,’ ucapnya
Yosep bertambah senang, setelah mengetahui hasil uji analisis
pada kompos produskinya, menunjukan hasil yang cukup memuaskan, kompos
memiliki kualitas baik, yang kaya unsur hara, berpenampilan menarik
berwarna coklat kehitaman, aroma kompos tidak berbau menyengat, dan Nisbah
C/N sebesar 10-20 serta suhunya sama dengan suhu lingkungan.
Kualitas Bokashi yang cukup baik ini sudah tentu
keuntungan bagi dirinya. Iapun tidak kesulitan memasarkannya, Bokashi
produksinyapun telah tersebar di wilayah Sukabumi, Jonggol, Bogor dan sekitarnya.
Yosep memperoleh keuntungan yang tidak sedikit dari usaha bokashi
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar