Saat
ini, sentra budidaya belut mulai menggeliat di Indonesia. Hal ini karena belut
sangat digemari seiring dengan banyaknya permintaan akan daging belut
yang terkenal gurih. Beternak belut sebenarnya tidak begitu susah karena belut
dapat dibudidayakan baik itu dalam kolam ataupun drum. Dan media yang paling
efektif adalah dengan teknologi EM4
Dan segi biaya pun tidak perlu terlalu menguras kantong
dibandingkan dengan budidaya ikan lainnya. Lahan sempit tidak menjadi persoalan
dalam budidaya belut. Pasalnya, ikan panjang ini bisa dipelihara di lahan
yang sangat terbatas, misalnya di dalam drum atau tong. Sedangkan secara
teknis, budidaya belut hanya memerlukan perhatian dan pemeliharaan yang baik
diantaranya berupa tanah sawah / lumpur, jerami, gedebog pisang dan pupuk
bokashi kotaku.
Kebun Bokashi Farm Pak
Oles di kawasan Waribang,
Denpasar Timur benar-benar menjadi tempat
belajar pertanian organik, perikanan, pengolahan limbah dan juga biogas.
Diantara dalam bidang perikanan, beternak belut dan budidaya cacing
tanah. Budidaya belut dan cacing ini menurut instruktur IPSA Nyoman Darma,
sebagai pilot projek bagi para tamu yang akan mengunjungi kebun obat Waribang
terutama para peserta IPSA yang datang dari seluruh pelosok nusantara.
Apalagi beternak belut tidak membutuhkan
kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya belut
dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan
kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik. Kalau kualitas air
untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar
bahan-bahan kimia beracun, dan minyak atau limbah pabrik. Suhu udara optimal
untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31°C.
Prinsipnya kondisi perairan adalah air harus bersih dan kaya
akan osigen terutama untuk bibit atau benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2
cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih
kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
Di
Waribang ini, menggunakan kolam terpal terbuat dari bambu. Bahan yang
diperlukan adalah :
1. Tanah yang berstruktur lumpur, persis seperti tanah sawah.
2. Jerami
3. Pelapah pisang
4. Bambu
5. Pupuk Bokashi Kotaku
6. Air
7. Dan EM4
Mula-mula dasar bak diisi tanah lumpur setebal 10 cm, kemudian
di atasnya ditaruh jerami yang sudah lapuk setebal 10 cm. Lapisan selanjutnya
adalah pelepah pohon pisang yang sudah layu dipotong-potong setebal 10 cm.
Kemudian diberi pupuk bokashi kotaku setebal 10 cm sebagai lapisan ketiga.
Taburkan lagi di atasnya tanah lumpur setebal 5 cm secara merata. Lapisan
paling atas dibentuk miring, sehingga bagian yang terendam air hanya 2/3 bagian
saja. Bagian yang tidak terendam air adalah tempat bertelur belut. Ketebalan
lapisan keseluruhan sebaiknya 50-60 cm.
Kolam budidaya belut tidak perlu luas. Cukup dibangun antara
10-20 meter persegi saja. Sebelum kolam dipergunakan, dasar-dasar tepian kolam
sebaiknya dicangkul dulu selebar satu meter dari pematang agar nantinya mudah
membentuk lumpur. Perlumpuran akan mempermudah belut mengali lubang perkawinan.
Tapi sebelum peternakan ini diairi, terlebih dahulu harus diberi pupuk bokashi
kotaku sebanyak 30 kg untuk kolam seluas 10 meter persegi.
Sebelum air dimasukkan, saluran pemasukan air diamankan terlebih
dahulu dengan diberi saringan yang kedap guna menghindari kepergian belut dari
kolam. Air dialirkan sampai kedalaman 20 cm di bagian terdalam, dan 15 cm di
bagian terdangkal. Sehingga wujud kolam seperti sawah. Lumpur yang harus
dibentuk, paling dangkal 15 cm atau lebih, karena dalam masa perkawinan belut
jantan suka menggali lubang 10 cm ke bawah lalu membengkok lurus datar,
selanjutnya kembali ke atas. Lubang perkawinan ini akan berbentuk huruf “U”.
Pastikan air yang menggenangi kolam selalu dalam keadaan mengalir.
Gunakanlah air tawar yang tidak mengandung soda (bekas sabun,
deterjen), tidak mengandung racun (pestisida) atau minyak. Contohnya air
sungai, air ledeng, dan air sisa dapur yang tidak mengandung sabun.
Komposisi larutan EM4 yakni satu liter EM4, molase/
gula ¼ kg, dan Air
100 liter.
Kemudian ketiga bahan tersebut dilarutkan atau difermentasi. Untuk Lumpur usahakan
yang benar-benar lumpur bukan tanah yang dibikin jadi lumpur. Semua jenis
lumpur bisa digunakan asal tidak mengandung kerikil dan pasir. Sebaiknya lumpur
ini diambil dari area persawahan. Ambil lapisan lumpur yang paling atas di area
persawahan.Olah lumpur ini sampai menjadi bubur lumpur yang encer, baru bisa
digunakan untuk media belut.
Jerami bisa digunakan segala jerami, tapi sebaiknya cari yang
sudah membusuk. Potong-potong dulu jerami ini sepanjang 5 cm. tebar dalam kolam
secara merata..Kemudian, gedebok pisang digunakan yang paling
bagus yakni gedebok yang sudah busuk, tapi yang baru tebangpun bisa digunakan.
Cincang gedebok setebal 5 cm, baru disusun di dalam kolam.
Cara pembuatan media fermentasi di luar kolam. Bagi yang
menggunakan drum bisa menggunakan cara ini dengan bahan-bahan, jerami dipotong
kecil-kecil 20 %, gedebog pisang dicincang 30 %, lumpur 50 %, larutan EM4.
Caranya, jerami dan gedebok pisang di hamparkan di atas plastik atau terpal
dengan ketinggian 20 cm kemudian disemprot dengan larutan EM4. Setelah itu
ditutup dengan plastik selama 10 hari. Setiap hari media dibalik agar suhu
tidak terlalu panas. Kemudian masukan media tersebut ke dalam kolam.
Di saat adaptasi (0-30 hari setelah tebar benih) pasti akan
terjadi kematian. Itu wajar asal tidak lebih dari 20%. Untuk menekan angka
kematian tersebut, penggunaan pupuk bokashi kotaku sangat efektif. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar